Sabtu, 12 Desember 2009

Tahun 2025 Pulau Jawa Akan Mengering

Pulau Jawa dengan luas sebesar 7% dari total daratan wilayah Indonesia kini hanya memiliki potensi air tawar 4,5% dari total nasional. Menurut M. Ikhwanuddin Mawardi, seorang profesor riset bidang hidrologi dan konservasi tanah pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), pada tahun 2025 Pulau Jawa akan mongering atau menghadapi kelangkaan air yang sangat parah.


Sebagai perbandingan, pada tahun 1930, Pulau Jawa masih mampu memasok 4.700 m3 per kapita per tahun. Namun, saat ini total potensinya tersisa sepertiga atau sekitar 1.500 m3 per kapita per tahun. Diperkirakan tahun 2025 total potensi air berkurang hingga 1.200 m3 per kapita per tahun. Sementara itu, kelayakan ekonomi air hanya 35% atau potensi akuntalnya hanya 400 m3 per kapita per tahun.


Angka itu jauh di bawah standar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu 1.100 m3 per kapita per tahun, dan angka kebutuhan standar minimum 600 m3 per kapita per tahun. Merosotnya kapasitas air di Pulau Jawa dikarenakan beberapa sebab, diantaranya kepadatan penduduk, perubahan lahan pangan, dan tata ruang.


Alih fungsi lahan seperti pembangunan jalan tol Trans-Jawa juga memberikan andil terhadap potensi krisis air di Pulau Jawa. Akibat pembangunan jalan tol Trans-Jawa akan diikutinya pembangunan permukiman, industri, pusat perbelanjaan, perkantoran, dan lainnya. Hunian semakin banyak, penduduk pun terus membengkak. Kebutuhan pangan meningkat, sedangkan lahan terus menyempit.


Untuk menangani krisis air di Pulau Jawa diperlukan langkah komprehensif. Ada delapan pokok pikiran sebagai langkah komprehensif untuk menangani krisis air dan dampak yang menyertainya. Antara lain, pelaksanaan dan pengawalan kebijakan nasional, seperti menetapkan tutupan vegetasi seluas 30% di setiap wilayah propinsi dan kabupaten.


Saat ini luas kawasan hutan atau vegetasi tertutup untuk setiap wilayah pemerintahan atau propinsi hanya mencapai 18%, jauh dari ketentuan nasional 30%. Sementara itu, data dari Badan Planologi Departemen Kehutanan menyebutkan hasil citra satelit menunjukkan data luas hutan tertutup di Pulau Jawa tinggal 4%. Ada pula yang menyebutkan tinggal 21%. Berapapun datanya, jelasnya, akan mempengaruhi keberlanjutan sumber daya air.


Oleh karena itu, Ikhwanuddin menyarankan adanya pengaturan jumlah dan distribusi penduduk di Pulau Jawa. Sebab dua tahun lalu, tingkat kepadatan penduduk di Pulau Jawa mencapai 864 orang per kilometer persegi atau 0,12 hektare per kapita. Ini menunjukkan begitu padatnya Pulau Jawa sehingga harus ada penanganan yang serius untuk mengatasi kepadatan penduduk dan krisis air.


Persoalan krisis air di Pulau Jawa, bila tidak diatasi bisa memicu masalah sosial yang cukup berat. Seperti di negara Sudan gara-gara masalah air memicu perang saudara.


Sumber:

Media Indonesia. Kamis, 10 Desember 2009

0 komentar: